Puisi-Puisi Hapsari Putri
Nenek Tua
Indurasmi
tergantung di atas sana
Terlihat kekar
sebelum bagaskara menerjang
Samar-samar
terdengar riuh gerakan nyiur
Iringi payoda
terseret paksa rayuan anila
Meniadakan lalu
menyatukan
dalam lembar
cakrawala
Membuat daun
tergesa mencium tanah
Gemerusuk tercipta saat dilewati
Hantarkan langkah nenek tua
Mulut bergetar ciptakan alunan doa
Semua tergesa bagai tempo hari
Saat janji dibuat di depan para
saksi
Tak berdaya saat
kata itu menyapa
Ada rasa yang tak
sanggup teraba, sebagian nyawanya hirap
Semua harsa tak
mampu menyapa
Buana terasa
temaram
Anca tak terhitung jumlah, nenek tua
selesaikan derap
Kini ia telah menegak di sana
Disamping kakek tua dengan senyuman
mengaku
Nenek tua tersedu, membuat pair
jantungnya
Menyesal tak menjadi yang terakhir
saat pujaan menuju alam baka
saat pujaan menuju alam baka
Perlahan kain
putih terjulur
Senyuman kaku itu
tak tampak lagi
Pergi bersama
pembaringan yang menyisakan arumi
Nenek
tua sadrah di tengah masygul
Teteskan air mata menyentuh bumi
Semua terasa gamang
Menyadari dirinya telah rimpuh
Berjeda untuk sementara
Indurasmi masih
tergantung di atas sana
Tetap kekar
seperti sebelumnya
Walau kakek tua
telah tiada
Arunika
Arunika tertunda
Tak ada sapaan ina
di awal hari
Hanya mega
bergerombol menjadi redum
Ciptakan pola
mengakar di cakrawala
Gemuruh terdengar,
hentakkan suara
Ada
yang turun menghujam tanah
Menyatukan
celah tercipta oleh ina
Celah
memudar, lapisan melunak
Lembab,
basah, kemudian tergenang
Suhu makin membeku
Nenek tua makin
meringkuh
Tak sanggup
relakan sebagian atma
Aku tahu hatinya
rapuh, tapi suhu ini tetap utuh
Nenek
tua tersimpuh di samping pembaringan
Tergeletak
sang pujaan, ialah pangeran
Dengan
senyuman mengaku
Mereka
tak saling menyapa
Tak
ada lagi yang terucap
Tak
bisa saling menatap
Selaksa kata yang
mengudara
Sampaikan rasa
tanpa aksara
Kuatkan jiwa agar
tak meretak
Jangan rawat isak,
nenek kuat
Lawan sendu, lawan
gundah
Bumantara Terang
Rinai terhapus,
cahaya mulai menembus
Bumantara terang,
tak ada yang menghadang
Acara mulai
tertata, doa mulai meraja
Ada yang terangkat
lalu teriring
Rentetan doa
dilangitkan para insan
Jalan ini masih
sama
Seperti dahulu
pertama mereka bertemu
Arahnya tak
berubah
Hanya aspal yang
mulai mengelupas
Jalan ini masih
sama
Seperti dahulu
pertama dari pelaminan
Nuansanya tak
berubah
Hanya kini mereka
terpisah buana
*Hapsari
Putri, menulis puisi, cerpen namun lebih sering menulis puisi. Menerbitkan buku
novel pertamanya yang berjudul ”Rasa berdasar Sejarah (2019)”. Mengikuti
beberapa lomba puisi nasional yang karyanya kemudian lolos lalu dibukukan
menjadi buku antologi, beberapa judul buku antologi puisi yang memuat karyanya
yaitu “Memetik Rintik (2020)”, “Luka (2020)”, “Raungan Meratus (2020)”. Tergabung pula di Teman Menulis Angkatan 1.